Selasa, Oktober 28, 2008

MIMPI YANG TAK DIMIMPIKAN, TETAPI MENJADI KENYATAAN

Siapa sebenarnya yang dalam tahun-tahun sebelum Jepang menyerang Pearl Harbour (Desember 1941) dan kemudian melanjutkan serangannya ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia (dahulu Nederland Indie) -- kita akan sanggup memproklamasikan dan merampas kemerdekaan kita dari kekuasaan Belanda? Kekuasaan yang dalam berbagai pemberontakan berkali-kali pernah kita coba mematahkannya, tetapi selalu dapat menggagalkan usaha kita. Tiap kali kita kalah, Belanda semakin menancapkan kuku penjajahannya ke dalam tubuh bangsa kita. Juga tatkala Negeri Belanda sudah diduduki Jerman (1940), bangsa kita belum bisa mimpi akan dapat membebaskan diri dari cengkeraman Belanda. Pemerintah Belanda masih begitu kurang ajar, karena merasa dirinya cukup kuat menghadapi "Inlander-inlander", hingga menolak petisi dari pihak Indonesia agar Pemerintah Belanda mengadakan milisi pribumi guna menghadapi kemungkinan penyerbuan oleh musuh dari Utara (Jepang). Milisi yang demikian itu dipandang oleh Pemerintah Hindia Belanda tidak perlu, karena tentara Hindia Belanda KNIL cukup kuat untuk melindungi rakyat Indonesia.

Kesombongan mereka harus mereka bayar dengan kekalahan yang hina. Dalam beberapa hari saja, kekuasaan Belanda di Indonesia disapu bersih oleh tentara Jepang yang menyerbu ke kepulauan kita awal Maret 1942. Boleh dikatakan Belanda sama sekali tidak memberi perlawanan, kecuali angkatan lautnya. Berakhirlah kekuasaan Belanda -- bukan karena usaha bangsa kita!

Kemudian, setelah kita beberapa tahun dijajah oleh tentara Jepang tanpa diduga-duga sedikit pun, tentara yang disangka tak dapat dikalahkan itu, bertekuk lutut terhadap kekuasaan Sekutu, khususnya kekuatan Amerika Serikat.

Habislah kekuasaan Jepang -- bukan karena usaha bangsa kita!

Penyerahan Jepang terjadi begitu mendadak -- sebagai akibat ledakan dua bom atom, yang tidak ada persediaannya lagi, tetapi tidak diketahui oleh intelejen Jepang -- sehingga angkatan perang Inggris yang ditugaskan menerima penyerahan tentara Jepang di Indonesia tidak dapat segera menjalankan tugasnya. Mereka memerlukan waktu satu setengah bulan untuk mengumpulkan cukup kekuatan guna menerima penyerahan Jepang itu. Pasukan-pasukan Inggris yang pertama mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945.

Dalam masa adanya semacam vacuum kekuasaan itu, yang berada di luar perhitungan kita, kita diberi cukup waktu untuk memproklamirkan kemerdekaan, membentuk pemerintahan yang pertama dan menyusun dan mempersenjatai barisan pertahanan, mula-mula BKR (Barisan Keamanan Rakyat) kemudian namanya diubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dibantu oleh barisan-barisan pertahanan swasta (milisi) seperti Hisbullah Sabilillah, Barisan Banteng dan sebagainya. Sehingga, tatkala tentara Inggris mulai mendarat di Jakarta dan pelabuhan-pelabuhan lain di Jawa dan Sumatera untuk menerima penyerahan Jepang,  yang berarti maksudnya adalah untuk menyerahkan kembali kekuasaan atas Kepulauan Indonesia kepada Belanda, kita sudah siap untuk menggagalkan niat mereka itu.

Kita dapat mengatakan, kemerdekaan itu telah kita peroleh berkat jasa dan usaha, berkat perjuangan dan pengorbanan bangsa kita sendiri. Itu semua betul. Tetapi, kalau tidak ada yang membuka kesempatan-kesempatan emas kepada kita untuk memperoleh kemenangan seperti yang saya kemukakan di atas, mungkin perlawanan kita terhadap Belanda yang berusaha mengembalikan kekuasaannya atas kepulauan kita dengan segala kekuatan yang ada pada mereka, dapat dihancurkan lagi, seperti sering terjadi di masa sebelum Perang Dunia II.

Siapa yang memberi kesempatan-kesempatan emas itu?

Dialah Allah,  yang membagi-bagikan rezeki dan menggilirkan kekuasaan antara manusia. Dia-lah yang menyebabkan Jepang mengalahkan Belanda dan Sekutu mengalahkan Jepang, dan Dia-lah yang menahan tentara Inggris lebih dari satu bulan untuk memberi waktu kepada bangsa Indonesia menyiapkan diri melawan Belanda hingga kemenangan tercapai! Dan selama perjuangan, kita selalu memanggil-manggil  nama Tuhan, pekik Allahu Akbar. Dia-lah yang telah berkenan mengabulkan permohonan kita.

Katakanlah: "Wahai Tuhan Pemilik Kekuasaan, Engkau anugerahkan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam tangan-Mu segala kebaikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."  (QS Ali Imran [3]: 26)

 

Rabu, Oktober 22, 2008

DIPILIH! DIPILIH! DIPILIH!




Selasa, Oktober 21, 2008

SISI MENAKJUBKAN DARI SIFAT JIWA

oleh: Ibnu Hazm


Orang bijak tidak boleh berpatokan kepada apa yang terlihat ketika seseorang menangis tersedu-sedu meminta belas kasihan, berpura-pura teraniaya, mengeluh, memutarbalikkan dan meratap. Terhadap orang yang berperilaku seperti ini, aku yakin bahwa dialah si zalim yang telah melampaui batas dan melakukan kezaliman yang tak terperikan.  Demikian pula aku pernah dengan orang yang teraniaya berbicara dengan tenang tanpa mengeluh dan hanya memperlihatkan sedikit rasa cemas. Secara sekilas, tanpa harus berlama-lama, Anda dapat membedakannya dari si zalim. Dalam kasus semacam ini, penting untuk memperhatikan fakta, memerangi kecenderungan kita untuk berpihak, bukan kedenderungan terhadap atau berlawanan dengan sikap yang telah kami jelaskan, dan berusahalah untuk tidak memihak kepada siapapun, seperti yang diwajibkan atas kita oleh keadilan.

Hal yang mengherankan menyangkut sifat manusia adalah bahwa sikap lalai adalah buruk jika ada kebaikan untuk mengetahui cara memanfaatkannya pada waktu tertentu. Ini hanya dapat dijelaskan oleh fakta bahwa orang yang secara alamiah condong kepada sikap lalai, memanfaatkannya ketika dia harus waspada. Itulah kepandiran dengan ketidakmampuan memahami kenyataan. Sikap lalainya masuk ke dalam kategori kebodohan dan itulah sebabnya ia menjadi buruk. Sebaliknya, jiwa yang secara alamiah bersikap waspada hanya menggunakan kelalaian jika dia tidak harus mempelajari atau meneliti secara mendalam sebuah subjek. Berpura-pura bodoh terhadap sesuatu dalam hal ini berarti memahami kenyataan, menolak bertindak ceroboh, bersikap tenang dan mencegah kejadian buruk. Oleh karena itu, terpujilah mengetahui cara berpura-pura tidak mendengarkan, dan buruklah sikap tidak menaruh kepedulian.

Hal serupa berlaku terhadap mengungkapkan rasa takut seseorang atau menutupi kenyataan itu. Penjelasannya adalah bahwa orang yang terusik begitu dia mendapatkan kesulitan adalah buruk, sebab artinya adalah Anda tidak dapat mengendalikan diri dan Anda memperlihatkan emosi yang tidak mempunyai tujuan yang berfaedah. Sesungguhnya hukum Tuhan melarang hal itu; ia menghentikan Anda melakukan hal yang harus dilakukan dan membuat perencanaan yang matang berdasarkan kejadian yang dapat diperkirakan seseorang dan yang mungkin lebih mengerikan daripada keadaan saat ini yang telah menimbulkan rasa takut.

Kini, karena itu kelirulah memperlihatkan rasa takut Anda, maka lawan katanya adalah baik, yakni, memperlihatkan kesabaran, sebab hal itu berarti Anda dapat mengendalikan diri, Anda dapat memalingkan dari perbuatan yang tidak berfaedah dan kepada perbuatan yang menguntungkan lagi berfaedah, pada saat ini maupun masa depan.

Sedangkan menyembunyikan kesabaran Anda, maka hal itu juga keliru, sebab ia menunjukkan seolah-olah Anda tidak punya perasaan, keras kepala dan tidak punya sifat penyayang. Kesalahan ini hanya terdapat di kalangan orang-orang jahat, kejam dan tidak berprikemanusiaan.

Semua manusia ini sangat buruk. Sebaliknya, sikap menutupi kenyataan bahwa Anda dirundung masalah adalah terpuji sebab ia merupakan tanda kebijaksanaan, keteguhan, kebaikan dan kasih sayang. Oleh karena itu, orang dapat mengatakan bahwa kebahagiaan sejati, bagi seseorang, dalam memiliki jiwa yang sensitif namun raga yang tenang, yakni bahwa baik pada wajah atau sikapnya tidak terdapat tanda bahwa dia tengah dirundung masalah.

Jika seseorang yang penilaiannya lemah mengetahui kerugian apa yang diakibatkan oleh kesalahan perhitungannya sejauh ini, tentu dia akan mencapai keberhasilan di masa depan jika dia menghentikan sikapnya yang terlalu percaya kepada penilaiannya sendiri. 
Semoga Allah membimbing kita. 
  

Rabu, Oktober 01, 2008

IED MUBARAK 1429 H

Selamat Idul Fitri
1429 Hijrah
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon Maaf  Lahir & Batin

Di hari yang penuh berkah
Fajar cakrawala pun cerah
Hati-hati kami ini berserah
Cinta pun merekah indah

Keampunanmu ya Ilahi
Selalu kami mohonkan siang dan malam hari
Cinta-Mu ya Rabbi
Selalu kami nanti-nanti sampai mati


TAQABALALLAHU MINA WA MINKUM
TAQABALALLAHU YA KARIM.. 

Senin, September 22, 2008

DEV AMDAND! (BAGIAN KEDUA)



bagian kedua



Persia, Juni 637 M
Perang Qadisiyah
Kekuatan Islam: 28.000 orang
Kekuatan Persia: 120.000 orang + Pasukan Gajah


Segera setelah Mughirah r.a. meninggalkan perkemahan orang-orang Persia, Rustam meminta pasukan perangnya bersiap-siap untuk penyerangan esok pagi. Terdapat sebuah kanal antara dua pasukan perang. Ia memerintahkan membangun sebuah jembatan di atasnya. Hari berikutnya pagi-pagi sekali ia menyeberangi kanal dan menyerang kaum muslimin. Ketika kedua pasukan perang telah siap untuk bertempur, Saad bin Abi Waqqash r.a. berkata kepada Rustam melalui sebuah surat, "Rustam! Terdapat orang-orang bersamaku untuk siapa kematian (di jalan Allah) adalah lebih menarik daripada anggur bagi orang-orang dalam pasukan perangmu."

Pada akhirnya perang pun dimulai di Qadisiyah pada bulan Muharram, 14 H. (Juni, 637 H). Saad r.a. jatuh sakit dan memimpin operasi dari tempat tidurnya. Perang ini berlangsung panas dan bertahan selama tiga hari. Kaum muslimin sekitar 28 ribu sementara pasukan perang Persia 120 ribu. Rustam mempertunjukkan kecakapannya yang luar biasa dalam mengatur pasukannya. Pada hari pertama perang dimulai, di tengah-tengah pekik "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar). Meski kaum muslimin menunjukkan keberanian dan kecakapannya yang luar biasa tetapi gajah-gajah Persia telah merusakkan kavaleri Islam. Kuda-kuda Arab tidak terlatih untuk bertempur dalam satu peperangan dengan menggunakan gajah. Bagaimanapun, pasukan pemanah dan berkuda muslim bersenjatakan tombak telah menghujani panah dan tombak serta memukul roboh banyak penunggang gajah. Perang berakhir tanpa kedudukan akhir.

Pada hari berikutnya pertempuran kembali berakhir tanpa satu kemenangan untuk salah satu dari dua pasukan. Pada hari ketiga kaum muslimin menyelubungkan potongan kain di sekujur tubuh unta mereka untuk menakut-nakuti. Rencana ini telah berjalan dengan sukses. Lebih-lebih lagi sejumlah pasukan pemanah muslim telah berhasil menusuk mata dari gajah-gajah tersebut dan memotong belalai mereka. Gajah yang telah buta itu itu berlari ke arah pasukan perang Persia dan menghancurkan barisan mereka. Pertempuran berlanjut sampai hari keempat. Sekarang gajah-gajah buta tersebut telah mencelakakan orang-orang Persia sendiri. Kemudian beberapa prajurit muslim diantara pemuka suku telah menyerang Rustam dan menghancurkan batalion khusus yang mengelilinginya. Langit-langit terpal Rustam telah tertiup angin ke udara dan dia sendiri mencoba melarikan diri. Ia telah diketemukan oleh kaum muslimin dan telah terbunuh. Melihat panglima mereka telah terbunuh, orang-orang Persia mulai melarikan diri dan menyelamatkan diri masing-masing. Pasukan Islam memenangkan peperangan menentukan ini. Terdapat sekitar enam ribu korban di pihak muslim, sementara di pihak Persia tiga puluh ribu orang terbunuh.
Pertempuran Qadisiyah terbukti menentukan dalam sejarah Islam. Menyusul kemenangan di Qadisiyah, pasukan Islam terus mengejar pasukan Persia. Selanjutnya kaum muslimin merebut Babal dan Kutsah dan kemudian mengepung Bahrah Syer, sebuah benteng pertahanan yang sangat penting dan kuat di daerah pinggiran ibukota Persia, Mada'in (Ctesiphon). Pengepungan berlangsung dua bulan dan akhirnya kaum muslimin merebut benteng pertahanan tersebut. Langkah berikutnya: Menaklukan Mada'in, ibukota Persia.


Kejatuhan Mada'in (Ctesiphon)
ibukota Persia

Kota Mada'in terletak di tepi sebelah timur Sungai Tigris dan hampir dikelilingi olehnya. Setelah istirahat beberapa bulan, panglima perang Saad bin Ubaidillah r.a. meminta ijin dari khalifah Umar r.a. untuk menyerbu ibukota. Ketika pasukan Islam bergerak maju, orang-orang Persia telah menghancurkan jembatan di atas sungai di atas sungai Tigris. Sungai tersebut dalam dan bergolak, tetapi tekad kaum muslimin tidak main-main. Mereka memiliki keyakinan penuh kepada Allah SWT, Pencipta alam semesta. Mengetahui penghancuran jembatan tersebut oleh orang-orang Persia, Sa'ad berkata,
"Allah telah membuat jalan di laut merah untuk Musa a.s. dan para pengikutnya. Dia pasti akan menolong kita yang mengikuti Rasul-Nya yang terakhir, Muhammad SAW."


Ia berkonsultasi dengan para jenderal dari angkatan perangnya dan kemudian memerintahkan kaum muslim menyeberang. Pertama dari keseluruhan enam puluh orang penunggang kuda menerjunkan diri mereka ke sungai dan menyeberanginya. Kemudian seluruh pasukan menyeberang sungai seakan-akan berjalan di atas tanah. Melihat pasukan Islam menyeberang sungai, pasukan pemanah Persia menghujani panah atas orang-orang muslim. Sa'ad ra. sebelumnya telah menunjuk enam ratus pasukan pemanah di atas bukit dekat tempat tersebut. Mereka menyerang kaum Persia yang terkejut. Melihat pemandangan yang dahsyat ini, orang-orang Persia berlarian tunggang-langgang  sambil berteriak-teriak ketakutan,
"DEV AMDAND! ... DEV AMDAND! ... DEV AMDAND!..."
("RAKSASA TELAH DATANG!... RAKSASA TELAH DATANG!... RAKSASA TELAH DATANG!...")


Kaisar Yezdagird dan para menterinya sudah melarikan diri dari istana dan ibukota direbut tanpa suatu perlawanan yang berarti. Dengan kemenangan ini, seluruh wilayah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris (Irak dan Iran kini) telah berada di bawah kekuasaan kaum muslimin.

Benarlah nubuat Rasulullah SAW,
"Sekelompok kaum muslimin akan merebut istana Putih dari Kaisar Persia."

Catatan:
Dan setelah penaklukan Persia ini, dimulailah zaman kegemilangan Islam bertutut-turut dengan penaklukan Syria, Jerusalem, Mesir, Azerbaizan dan Tabaristan (Rusia) hanya dalam tempo tujuh tahun.  Allahu Akbar!   



tammat




----------------------------------
dev amdad!... dev amdand!... dev amdand!..
kapan kata-kata itu terucap lagi dari musuh kita?
Ijinkanlah Ya Allah
..
Amin

DEV AMDAND! (RAKSASA TELAH DATANG!)



bagian pertama



TAHUN 636 M

( 4 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat)
Kepala Pemerintahan Islam: Umar bin Khattab r.a.
Daerah Kekuasaan: jazirah Arabia, Damaskus & sebagian Irak.


Selama pemerintahan Abu Bakar r.a., panglima Khalid bin Walid r.a. menduduki sebagian kekaisaran Persia yang dikenal sebagai Kerajaan Hira. Kemudian beliau diperintahkan oleh Abu Bakar r.a. untuk bergabung dengan ekspedisi di Syria. Pada waktu keberangkatannya, khalifah menunjuk Mutsanna bin Harits r.a. sebagai panglima pasukan perang Islam menggantikan Khalid. Orang-orang Persia menjadi sangat geram atas hilangnya sebagian wilayah kerajaan Hira, dan kaisar mengirim satu pasukan perang yang besar di bawah komando seorang Jenderal yang termasyhur dan amat disegani, Rustam, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Persia. Mengingat tekanan semakin meningkat dari orang-orang Persia, Mutsanna meminta Umar r.a. untuk memperkuat pasukannya. Pada waktu itu di Madinah terjadi suksesi dan tengah berlangsung pembaiatan khalifah Umar r.a. Beliau kemudian mengajukan masalah Mutsanna di hadapan kaum muslim, namun pada mulanya tidak mendapat tanggapan. Kemudian Umar r.a. dalam kutbahnya menekankan akan pentingnya jihad, dan sejumlah besar sukarelawan muslim diberangkatkan. Abu Ubaid ats-Tsaqafi telah ditunjuk sebagai komandan angkatan perang Islam yang terdiri dari 5000 orang.

Perang Namariq
Ketika Abu Ubaid telah sampai di sana, suatu pertempuran berlangsung di Namariq dan kaum muslimin telah memenangkannya. Sejumlah jenderal yang terkenal dari tentara Persia Jaban, tangan kanan Rustam, telah terbunuh. Beberapa pertempuran kecil juga berlangsung di Kaskar dan di tempat lain.

Perang Jembatan
Kekalahan pasukan Persia mengejutkan Rustam. Ia kemudian menghimpun satu pasukan perang yang besar untuk menghadapi kaum muslim. Pasukan perang Persia berhadapan dengan muslimin di tepi lain dari Sungai Eufrat di bawah komando Bahman, seorang prajurit Persia yang termashyur. Bahman bertanya kepada Abu Ubaid r.a. apakah orang-orang Persia harus menyeberang ataukah orang-orang muslim. Abu Ubaid terlalu percaya diri dan memilih untuk menyeberangi sungai. Meski demikian, beberapa jenderal muslim seperti Mutsanna tidak ingin menyeberangi sungai dan lebih suka membiarkan orang-orang Persia yang datang. Angkatan perang Islam telah menyeberangi sungai tetapi kalah dalam peperangan tersebut. Abu Ubaid r.a. juga mati syahid. Tongkat komando diambil alih Mutsanna dan memerintahkan untuk membangun kembali jembatan yang telah dihancurkan. Gajah-gajah pasukan perang Persia telah menyebabkan banyak kerugian bagi pasukan perang kaum muslimin. Betapapun Mutsanna hanya dapat menyelamatkan 3000 orang dari 9000 pasukan perang muslim.

Perang Buwaib
Khalifah Umar r.a. terguncang atas kekalahan pasukan Islam. Beliau mengirim pesan-pesan khusus ke berbagai anggota suku dan mendorong umat Islam mempersiapkan diri guna perang suci melawan Persia. Satu bala bantuan besar baru dikirim untuk membantu paukan Mutsanna Dalam pasukan ini sejumlah orang-orang Arab Kristen juga termasuk di dalamnya.
Orang-orang Persia juga telah menghimpun satu pasukan perang yang sangat besar. Pada waktu itu Rustam, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Persia, telah menunjuk Mehran Hamdani sebagai komandan pasukan karena ia telah berkeliling Arab dan tahu cara bertempur mereka. Pasukan Islam, di bawah pasukan Mutsanna, bertemu di satu tempat yang bernama Buwaib. Pasukan Islam berjumlah sekitar 20 ribu orang, sementara Pasukan Persia berjumlah sepuluh kali lipatnya, 200 ribu orang pasukan tempur. Pertwmpuran pun berlangsung demikian sengitnya. pasukan Islam bertempur matia-matian dan setelah suatu pertempuran yang gigih, orang-orang Persia berhasil dikalahkan. Mereka tidak dapat menemukan jalan untuk menyeberangi sungai Eufrat karena jembatan yang telah mereka bangun dihancurkan oleh kaum muslimin. Telah terjadi kekacauan total di dalam angkatan perang Persia. Komandan angkatan perang, Mehran telah terbunuh dalam pertempuran ini dan tidak kurang seratus ribu orang melayang nyawanya di medan perang. Sebagai hasil dari kemenangan in, seluruh bagian Barat kekaisaran Persia (sekarang negara Irak) jatuh ke dalam tangan muslimin.

Pergantian Penguasa Persia
Kekalahan hebat di Buwaib mengguncangkan kekaisaran Persia. Tidak hanya bagi penguasa, tapi juga menimbulkan kegusaran bagi masyarakat setempat. Umat Islam yang selama ini dinilai remeh dan hanya dipandang sebelah mata, kini menjadi kekuatan yang menakutkan. Untuk pertama kalinya mereka menyadari kekuatan Islam. Kerusuhan berskala besar menggoyang istana Persia. Kaisar perempuan yang sedang berkuasa Puran Dukht akhirnya digantikan Kaisar muda berusia 20 tahun, Yezdagird. Kaisar baru ini kemudian membangun kembali kekuatan militer Persia dan memperkuat pertahanan di perbatasan. Terjadi kembali pertempuran-pertempuran sporadis di kantong-kantong Islam yang mengakibatkan kaum muslimin kehilangan lagi beberapa bagian daerah taklukannya.
Umar r.a. menyatakan jihad ke seluruh negeri dan mengumpulkan pasukan dari berbagai penjuru daerah sampai terkumpul angkatan perang yang berjumlah 20 ribu pasukan Islam. Umar sendiri ingin memimpin pasukan perangnya waktu itu, tetapi Majlis Syura tidak menyetujuinya. Nama Saad bin Abi Waqqash r.a. seorang prajurit besar telah diusulkan untuk memimpin pasukan ini. Sepasukan militer ini istimewa, karena di dalamnya termasuk 70 sahabat veteran Perang Badar Al Kubra.

Delegasi Islam
Sebelum pertempuran pecah, umat Islam berkemah di Qadisiyah. Di sana Saad r.a. mengirim Nu'man r.a sebagai utusan Islam ke istana Persia. Sebuah istana yang bergelimang perhiasan, kemegahan dan kemuliaan duniawi dari orang-orang Persia. Di hadapan kaisar Yezdegird Nu'man ini berkata dengan lantang:

"Wahai orang-orang Persia, kami menyeru kalian kepada jalan kedamaian ini, Islam. Jika kalian menerimanya, kalian adalah saudara-saudara kami dan kami akan tinggalkan kitab Allah, Al-Quran, sebagai pembimbing kalian mengikuti perintah-perintah-Nya. Jika kalian menolak pesan ini, bayarlah jizyah (pajak pertahanan). Pilihan ketiga adalah perang apabila kalian menolak dua tawaran pertama tadi, agar kami bisa melakukan sesuai keinginan kami untuk menyebarkan pesan suci ini."

Kaisar Yezdagird amat membanggakan kekuatan angkatan perangnya. Mendengar seruan Nu'man ini, hilang kesabarannya. Ia mengambil sebuah keranjang penuh tanah dan meletakannya di atas kepala utusan Islam itu. Delegasi Islam itu kembali ke kamp Qadisiyah membawa keranjang tanah sebagai tanda kemenangan.

Kaisar Persia mengirim satu pasukan perang yang terdiri dari 100 ribu orang. Pada waktu itu, Rustam sendiri, Panglima Besar Persia yang memimpin pasukan. Rustam pada saat itu telah merasa gentar terhadap kaum muslimin dan ragu-ragu berhadapan dengan mereka. Ia membutuhkan waktu enam bulan untuk mencapai Qadisiyah dari ibukota Persia, Mada'in (Ctesiphon). Sebelum pertempuran, ia ingin melakukan negosiasi dengan kaum muslimin terlebih dahulu. Delegasi muslim pergi ke kemah Rustam dikepalai Rabi' bin Amir r.a. Di sana berlangsung perdebatan panjang dan tidak ada keputusan diambil. Rabi' r.a. menyampaikan pesan Islam dan mengajukan tiga syarat yang sama sebagaimana diajukan sebelumnya oleh Nu'man di hadapan kaisar. Pada hari kedua Rustam kembali meminta Sa'ad r.a. untuk mengirimkan delegasi. Saat itu ia mengutus Hudzaifah r.a. yang mengajukan tiga syarat yang sama dan mengatakan kepada Rustam apabila ia tidak menerimanya dalam waktu tiga hari, pilihan ketiga yakni penggunaan pedang akan tetap dilakukan atasnya.

Pada hari ketiga, Rustam lagi-lagi meminta seorang utusan dan saat itu Mughirah bin Syu'bah r.a. yang pergi. Rustam mencoba bernegosiasi berkenaan dengan uang dengan kata-kata:

"
Aku pikir kalian miskin dan kelaparan. Kami akan memberi Anda demikian banyak harta kekayaan yang cukup untuk seluruh hidup Anda"


Mendengar hal ini, Mugirah r.a. dengan marah menjawab,

"Tentu saja kami lapar dan miskin tetapi Allah telah mengirim Rasul-Nya kepada kami karena dari siapa takdir kami berubah dan Allah memelihara kami. Beliau meminta kami untuk menaati hanya satu Allah dan menyebarkan pesan-Nya. Jika Anda mengikuti pesan-Nya (Islam) Anda adalah saudara kami, dan kami tidak akan berperang dengan Anda. Jika tidak, maka biarkan kami menyebarkan kalimah-Nya dan Anda membayar kami jizyah. Sebaliknya, kalau tidak pedang akan memberikan keputusan terakhir.
"

Mendengar hal ini Rustam geram dan bersumpah untuk membunuh semua orang Muslim segera ketika terbit matahari berikutnya. Mughirah r.a. segera kembali ke kemah Islam seraya berkata, "La haula wa la quwata illa billahil Adzim" (Tiada daya dan upaya kecuali Allah Yang Maha Agung).



bersambung

TRAGEDI ZAKAT, TRAGEDI UMAT

Masya Allah... Sebuah antrean demikian panjang yang terdiri kaum lemah papa dan orang miskin seadanya. Pemandangan yang menggetarkan hati nurani dan rasa kemanusiaan. Subhanallah... Sekitar Rp.200 juta berupa zakat rencananya akan dibagikan kepada lebih dari 10.000 orang yang berhak menerimanya di pelataran rumah sang muzakki. Inna lillahi... Dua puluh satu orang (data resmi pemerintah) kaum dhuafa mati lemas kehabisan napas akibat sesaknya antrean.
Penulis berduka cita sedalam-dalamnya atas tragedi pembagian zakat di Pasuruan. Insya Allah saudara-saudara kita yang meninggal dalam menunaikan rukun Islam ini tercatat mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin.

Cermin Retak
Di saat banyak pemimpin bangsa kita ini banyak bersolek menjelang pesta politik 2009, tragedi ini amat mengganggu pikiran. Bukan karena korbannya, tapi kekhawatiran siapa yang akan dipersalahkan. Tentu pemerintah tidak mau menunjuk hidungnya sendiri bukan? Jadi, tanggung jawab dari peristiwa mematikan ini pasti dan "harus" lebih banyak ditimpakan kepada si sohibul bait, yakni si pemberi zakat. Seolah-olah pemerintah berucap, "Tuh kan, apa kata saya. Amatiran sih, Lain kali, kalau urusan bagi-bagi duit, serahkanlah kepada pemerintah. Kami kan udah pengalaman di BLT jilid I dan II". Menepuk air di belanga, terpercik muka sendiri.
Media massa yang meliput kasus ini secara "reality show" dengan mudahnya memelintir opini dan dengan enteng mencampuradukkan fakta dan opini. Untuk sekadar untuk lebih "melezatkan rasa", maka perlulah ditambahkan bumbu-bumbu kisah berbau mistik seolah-olah selama pembagian zakat selama ini selalu makan korban. Objektifkah ini? Peduli setan. The show must go on..
Ingatlah, media massa yang tahu betul situasi di sana telah berdosa karena mendiamkan suatu kemunkaran tengah terjadi. Bahkan seolah-olah 'kesurupan setan', mereka shoot juga detik-detik menjelang para korban meregang nyawa. Benar-benar tayangan realistik tanpa efek apapaun. Ini baru berita. Sad but true.

Hikmah
Bagaimanapun ini kesalahan kita semua. Ada sebagian diantara kita yang secara sengaja dan zalimnya menutup-nutupi kebenaran tentang data kemiskinan sehingga membludaknya jumlah penerima zakat menjadi suatu hal yang tidak terduga sebelumnya. Di sisi lain, terdapat pula segelintir elite yang mengambil situasi ini untuk menyalahkan siapapun dan apapun yang berseberangan dengan kepentingan dan ambisi politiknya. Ada lagi sekumpulan makhluk aneh yang mendramatisasikan korban kemiskinan untuk tujuan komersil. Sisanya, dan ini paling banyak adalah seperti kita semua. Ordinary people. Manusia yang kerjanya berdiam diri dan masa bodoh terhadap kesulitan hidup umat manusia yang lain. Inilah tanda-tanda impotensi keimanan. Apa betul sudah sampai separah itu? Anda yang tahu jawabnya.

Semoga kita mendapat ampunan dari Allah SWT.



Wallahu a'lam bisawab

Selamat menunaikan ibadah shiyam